Kamis, 04 Oktober 2018

Ayam Merawang Mulai Digandrungi Warga Lagi

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Ayam Merawang kini mulai digandrungi warga lagi. Tidak hanya warga dari Kecamatan Riausilip dan Bakam Kabupaten Bangka saja yang banyak mencari bibitnya. Namun, warga dari Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat, juga tengah gandrung dengan ayam jenis tersebut. Warga Kecamatan Bakam Sri, juga mencari bibitnya. Kalau tidak dapat bibitnya, telur ayam Merawang juga lebih bagus. 

"Telurnya kan bisa di eram ayam kampung, kami tengah mencari ayam Merawang, harganya mahal asal sesuai nggak jadi masalah," tutur Sri kepada bangkapos.com, Kamis (16/11). 

Sri akan memelihara ayam Merawang, selain karena ayam ini rajin bertelur, juga karena hobi memelihara ayam, apalagi ayam jenis ini secara umum ukurannya juga lebih besar dari ayam pada umumnya. Kalau dijual harganya juga lebih mahal dibanding harga ayam kampung. 

Ria warga Kelapa Kabupaten Bangka Barat, menyebutkan, di daerahnya jarang ada orang memelihara ayam Merawang. "Kami mau memelihara, tapi kesulitan mendapatkan bibitnya, orang disini jarang ngidup ayam Merawang, beberapa bulan kemarin, kawanku beli empat ekor anak ayam Merawang, berat semuanya sekitar satu kilo, harganya Rp 120 ribu," kata Ria. 

Menurut Ria, ayam Merawang termasuk telurnya, dapat dijadikan peluang bisnis, karena di daerah ini tidak banyak yang memelihara ayam Merawang," ujarnya. 

Peternak ayam Merawang, Bujang warga Riausilip menyebutkan, banyak warga yang memesan bibit ayam Merawang. Namun, tidak bisa dipenuhi semua, karena stok bibitnya juga sedang terbatas.

"Orang yang pesan ke kami, jumlahnya cukup banyak, tapi bibitnya hanya sedikit, karena jumlah telur yang di eram hingga menetas jumlahnya sedikit, kami mengandalkan ayam kampung untuk mengeram telur ayam Merawang," kata Bujang. 

Sumber:  http://bangka.tribunnews.com/2017/11/16/ayam-merawang-mulai-digandrungi-warga-lagi.

Peneliti IPB tingkatkan kualitas spermatozoa ayam lokal Ataxanthin


TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Ayam lokal merupakan salah satu jenis ternak yang telah lama mengalami domestikasi dengan sistem pemeliharaan masih dilakukan secara tradisional. Terdapat beberapa jenis bangsa ayam lokal seperti ayam Kampung, Merawang, dan Sentul Kampung Kedu (SK Kedu). Sementara itu populasi ternak unggas pada tahun 2015 untuk ayam buras 285,30 juta ekor, ayam ras petelur 155,01 juta ekor dan ayam ras pedaging 1.528,33 juta ekor. 

Untuk meningkatkan populasi ayam lokal, penerapan teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki nilai genetik dan populasi ayam lokal. Salah satu bahan pengencer dalam teknologi IB yang telah banyak digunakan adalah Ringer Laktat-Kuning Telur (RL-KT). 

Nila Pratiwi Abdullah, Tuty Laswardi Yusuf, R. Iis Arifiantini (Fakultas Kedokteran Hewan) dan Cece Sumantri (Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan riset tentang kualitas spermatozoa dalam modifikasi pengencer ringer laktat kuning telur dengan tambahanastaxanthin dan glutathione pada tiga jenis ayam lokal. 

Tuty mengatakan, spermatozoa ayam mempunyai sifat lebih sensitif terhadap lingkungan sehingga membutuhkan suatu lingkungan pengencer yang dapat memperpanjang hidup spermatozoa pada suhu dingin dan melindungi spermatozoa dari cold shock (perubahan suhu secara mendadak). Larutan Ringer laktat diberikan karena memiliki kandungan sodium klorida yang sama dengan unsur-unsur elektrolit dari plasma semen ayam seperti natrium, klorida, kalsium, dan magnesium. 

“Proses pengenceran dapat memicu terbentuknya radikal bebas (oksidan). Terbentuknya radikal bebas pada proses pengenceran dapat menurunkan kualitas semen sehingga perlu ditambahkan antioksidan," katanya dalam siaran pers yang diterima TribunnewsBogor.com. Ia melanjutkan, Astaxanthin adalah senyawa golongan karotenoid yang banyak dijumpai pada tanaman laut dengan struktur molekul sedemikian rupa sehingga membuatnya menjadi aktif sebagai antioksidan. Secara khusus, astaxanthin berperan sebagai antioksidan yang unggul dan kuat. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume dan konsentrasi spermatozoa ayam Merawang lebih tinggi dibandingkan ayam SK Kedu dan Kampung. Semen mampu bertahan dalam waktu 36 jam pada pengencer RLKT dengan penambahan astaxanthin 0.004% dengan motilitas mencapai 40%. Pengencer RLKT yang ditambahkan astaxanthin 0.004% menghasilkan nilai rata-rata fertilitas spermatozoa 87%. 

“Melalui penelitian ini, penggunaan bahan pengencer semen ayam yang baik yaitu RLKT dan astaxanthin mampu meningkatkan kualitas semen cair untuk tujuan inseminasi buatan,” ujarnya.

sumber: http://bogor.tribunnews.com/2017/10/19/peneliti-ipb-tingkatkan-kualitas-spermatozoa-ayam-lokal-astaxanthin

Rabu, 01 Januari 2014

Ayam merawang



Ayam Merawang adalah salah satu jenis ayam kampung yang ada di Indonesia, yang memiliki keunggulan sebagai pedaging dan petelur (dwiguna).

Ayam Merawang sebagai ayam pedaging memiliki bobot hidup antara 600-720 gram, mempunyai kelebihan antara lain: lebih tahan terhadap stress dan penyakit, dagingnya disukai karena rendah kandungan lemaknya. Kekurangannya yaitu, lambat perkembangbiakannya karena telurnya sedikit dan sifat mengeramnya masih tinggi. Di samping itu, kerangka tubuhnya yang kecil mengakibatkan tubuhnya juga kecil, akibatnya untuk memproduksi daging diperlukan waktu yang lama. 

Bila dibandingkan dengan ayam ras, produktivitasnya memang masih dibawahnya, namun untuk selera, masyarakat Indonesia masih lebih memilih ayam kampung karena dagingnya yang liat, sedikit lemat dan enak meskipun harganya relatif lebih mahal. Juga untuk telur, masih banyak masyarakat yang memilih telurnya, harga telur pun relatif lebih stabil tidak berfluktuasi seperti harga telur ayam ras, bahkan banyak dijual per butir tidak kiloan seperti telur ayam ras.


Ayam Merawang Lebih Tahan Serangan Virus Flu Burung

Ayam merawang adalah salah satu jenis ayam kampung yang ada di Indonesia, yang memiliki keunggulan sebagai pedaging dan petelur (dwiguna). Sebagai ayam pedaging yang memiliki bobot hidup antara 600-720 gram, ayam merawang mempunyai kelebihan antara lain: lebih tahan terhadap stress dan penyakit, dagingnya disukai karena rendah kandungan lemaknya. Kekurangannya yaitu, lambat perkembangbiakannya karena telurnya sedikit dan sifat mengeramnya masih tinggi. Di samping itu, kerangka tubuhnya yang kecil mengakibatkan tubuhnya juga kecil, akibatnya untuk memproduksi daging diperlukan waktu yang lama.

Bila dibandingkan dengan ayam ras, produktivitasnya memang masih di bawahnya, namun untuk selera, masyarakat Indonesia masih lebih memilih ayam kampung karena dagingnya yang liat, sedikit lemat dan enak meskipun harganya relatif lebih mahal. Juga untuk telur, masih banyak masyarakat yang memilih telurnya, harga telur pun relatif lebih stabil tidak berfluktuasi seperti harga telur ayam ras, bahkan banyak dijual per butir tidak kiloan seperti telur ayam ras.

Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyatakan bahwa ayam merawang lebih tahan terhadap flu burung karena memiliki daya adaptasi tinggi. Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veterinari, drh Judnaidy, menyatakan hal tersebut, terkait upaya Babel untuk mempertahankan swasembada ayam. “Dibanding dengan jenis ayam lain, ayam merawang lebih tahan terhadap virus H5N1 penyebab wabah flu burung karena mereka memiliki daya adapatasi yang tinggi,” katanya di Pangkalpinang, beberapa waktu lalu.

Junaidy mengatakan, ayam merawang merupakan ayam khas Babel yang telah berhasil beradaptasi dengan lingkungan di wilayah tersebut sehingga daya tahannya tinggi. “Ayam merawang sejarahnya berasal dari daratan China yang dibawa oleh pendatang berabad-abad yang lalu ke Babel, kalau di sini, sesuai namanya, ayam merawang berasal dari Desa Merawang, Bangka,” kata dia. Menurut Judnaidy, ayam merawang 83 persen lebih tahan terhadap flu burung dibanding dengan ayam kampung biasa. “Ketahanan ayam merawang terhadap flu burung 83 persen sedangkan ayam kampung biasa hanya 60 persen,” kata dia.

Selain ketahanannya terhadap flu burung, ayam merawang dianggap lebih unggul dalam beberapa hal antara lain; jumlah telur lebih banyak dan pertumbuhan lebih cepat. “Produksi telur ayam merawang dapat mencapai 125 butir per ekor per tahun dan ayam sudah bisa menghasilkan telur pada usia kira-kira lima bulan, jadi tidak perlu menunggu lama,” tambahnya. Oleh karena itu, Distanak Babel menganjurkan masyarakat untuk lebih memilih beternak ayam merawang karena dianggap lebih unggul. Selain itu, ayam merawang adalah ayam asli Bangka Belitung, sehingga harus terus dikembangkan sehingga menjadi ikon di dunia nasional dan internasional.

sumber : antara & bptu sembawa

Distanak Babel Tingkatkan Populasi Ayam Merawang

Pangkalpinang (Antara Babel) - Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perternakan Provinsi Bangka Belitung (Babel) berupaya meningkatkan populasi ternak ayam jenis merawang untuk memenuhi konsumsi daging ayam masyarakat di daerah itu.

Pengembangan peternakan ayam khas Babel ini dalam upaya mengurangi ketergantungan daging ayam dari luar daerah yang cukup tinggi, selama bulan puasa Ramadhan dan Idul Fitri 1434 Hijriah," ujar Kabid Peternakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perternakan (Distanbunnak) Babel Sulastri di Pangkalpinang, Kamis.

Ia menjelaskan jumlah populasi ayam merawang ini sekitar 1.570 ekor tersebar di Kecamatan Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka, Tengah, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang.

"Populasi ayam merawang di Babel cukup memprihatikan karena ayam ini sudah banyak dikembangkan di daerah lain sebagai ayam pedaging dan petelur," ujarnya.

Ia mengatakan, ayam khas Babel ini memiliki keunggulan yang lebih jika dibandingkan ayam khas daerah lainnya, seperti produksi telur yang tinggi dan ayam  berumur tiga bulan sudah mencapai empat kilogram.

Menurut dia, pengembangan peternakan ayam merawang terkendala ketersediaan bibit yang kurang karena belum adanya pembibitan ayam berskala besar di daerah itu.

"Pembibitan ayam merawang masih berskala kecil, sehingga harga bibit ayam ini cukup tinggi sebesar Rp12 ribu per ekor," ujarnya.

Selain itu, pengembangan ayam merawang terkendala pakan ternak yang tinggi karena hampir 100 persen pakan ternak dipasok dari Pulau Jawa dan Sumatera.

"Saat ini, peternakan ayam merawang masih dikembangkan secara tradisional untuk mengurangi biaya pakan yang tinggi," ujarnya.

Menurut dia, pola ternak ayam tradisional ini berdampak ternak ayam mudah terserang penyakit, sehingga tingkat kematian ternak cukup tinggi.

"Pada saat cuaca hujan atau tidak menentu, ternak ayam yang dilepas begitu saja mudah terserang penyakit seperti flu burung, tetelo dan lainnya," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, kami berupaya untuk memancing animo masyarakat untuk lebih serius mengembangkan kembali ayam khas daerah ini untuk menambah pendapatan keluarga.

"Kami berupaya mencari solusi terbaik agar masyarakat mudah mengembangkan peternakan ini dan solusi tahap pertama, kami berupaya meningkatkan animo masyarakat melalui kegiatan sosialisasi, selanjut bantuan permodalan, pengadaan alat pembibitan, pakan dan lainnya untuk mengurangi biaya pengembangan ayam tersebut," ujarnya.

Bangka Belitung Andalkan Ayam Merawang


Dalam Perhelatan Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke XIII di Stadion Aji Imbut, Desa Perjiwa, Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur, provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengirimkan komoditas unggulan mereka yakni Ayam Merawang ini termasuk sangat kuat karena mampu bertahan terhadap strees dan penyakit.

“Selain itu ayam merawang memiliki keunggulan dwiguna, yakni bisa dimanfaatkan sebagai ayam potong dan ayam pedaging. Berbeda dengan ayam potong dan dan ayam ras yang hanya memiliki satu keunggulan,” ujar peserta Penas dari provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Ali Mudi, di Penas KTNA, Tenggarong, Senin, (20/6) kepada Info Publik.

Menurut Ali, pola hidup ayam merawang, hampir sama dengan dengan ayam kampung biasa, hanya saja ayam ini mampu bertelur 130 – 150 butir pertahun, masih di atas rata-rata ayam kampung.
Sedangkan daging ayam merawang rasanya hampir sama dengan ayam kampung yang rendah lemak, sehingga sangat cocok bagi lidah orang Indonesia.”Ayam merawang cukup besar bila dibandingkan dengan ayam kampung, sehingga sangat cocok dijadikan ayam pedaging,” jelas Ali.

Ali sendiri telah mengembangkan ayam ini bersama dengan warga dan membentuk Kelompok Tani Ternak Ayam Merawang dan berhasil menyabet juara pertama pada ajang ternak ayam se-provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sedangkan kendalanya kata Ali, karena dahulunya Kepulauan Bangka Belitung, terkenal sebagai penghasil timah dan akibat penambangan timah besar-besaran dahulu, kami sekarang merasakan dampaknya yakni radiasi bahan kimia. Ini membuat kaki kesulitan mengembangkan lahan pertanian dan peternakan,”tegas Ali.

Untuk beternak kata Ali, warga Bangka Belitung mengalami kesulitan karena air dan tumbuhan sudah ikut tercemar. “Untuk beternak ayam pun harus mendapt perlakuan khusus agar ayam dapat hidup dan tumbuh dengan baik,” jelas Ali.

“Kami memakai obat verbal yang dicampur ke air minumnya ayam, dan ini sudah cukup berhasil menagkal wabah yang dahulu sering menyerang ayam kami. “Pemerintah juga ikut membantu dengan ikut mengirimkan dokter hewan,”katanya.

Kini lanjut Ali, ayam merawang sudah mulai dipesan dari luar provinsi Babel. Peternak di sana juga terus melakukan terobosan guna meningkatkan hasil ayam.